Minggu, 19 April 2015

KARANGAN NON ILMIAH-BAHASA INDONESIA #


Febriani Ega P.
12212856
3EA24
Tugas Softskill Bahasa Indonesia #

KARANGAN NON ILMIAH
1. Pengertian Karangan Non Ilmiah
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
2. Macam-macam Karangan Non Ilmiah
·            Cerpen : Suatu bentuk prosa naratif fiktif. Sebuah karangan yang menceritakan tentang suatu alur cerita yang memiliki tokoh cerita dan situasi cerita terbatas.
·         Dongeng : Suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup.
·         Novel : Bentuk sastra yang paling popular di dunia. Yang merupakan karya sastra yang mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik yang keduanya saling berhubungan.
·         Drama : Suatu aksi atau perbuatan. Adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh actor.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan non-ilmiah adalah dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, puisi, dan naskah. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
3. Sifat Karangan Non Ilmiah
·         Emotif yaitu sedikit informasi, kemewahan & cinta menonjol, melebihkan kebenaran, mencari keuntungan, tidak sistematis.
·         Persuasif yaitu Cukup informatif, penilaian fakta tidak dengan bukti, bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap dan cara berpikir pembaca.
·         Diskriktif yaitu informatif sebagian imaginatif dan subyektif, nampaknya dapat dipercaya, pendapat Pribadi.
·         Kritik tanpa dukungan bukti yaitu tidak memuat informasi spesifik, berisi bahasan dan kadang-kadang mendalam tanpa bukti, berprasangka menguntungkan atau merugikan, formal tetapi sering dengan bahasa kasar.
4. Ciri-ciri Karangan Non Ilmiah
·         ditulis berdasarkan fakta pribadi,
·         fakta yang disimpulkan subyektif,
·         gaya bahasa konotatif dan populer,
·         tidak memuat hipotesis,
·         penyajian dibarengi dengan sejarah,
·         bersifat imajinatif,
·         situasi didramatisir,
·         bersifat persuasif.
·         tanpa dukungan bukti.
5. Contoh Karangan Non Ilmiah
Seuntai Kalung Mutiara Fatimah
Di sebuah kota, hiduplah seorang wanita janda yang cantik dan awet muda, namanya Fatimah. Suaminya telah meninggal dan dia tak punya anak, dia miskin dan tinggal di sebuah rumah kecil tanpa isi. Pakaiannya hanya 3, begitu pula jilbabnya, sepatu alas kakinya hanya dua. Menunggu alas kaki kayu seperti bakiak yang selalu digunakannya menyempit dan baru menggunakan alas kaki sepatu dari suaminya yang saat dibelikan kebesaran di kaki Fatimah. Pasti jika si alas kaki kayu ini sudah menyempit kakinya muat di sepatu itu. Hmm… Bajunya itu tiga-tiganya gamis terusan muslimah dan jilbab putih tiga-tiganya. Meski pakaiannya itu-itu saja penduduk tak pernah mengejeknya dan selalu sopan.
Dia tinggal sendirian di rumahnya itu, tapi dia sangat dermawan dan baik hati, tetangga-tetangganya pun kenal baik dengan Fatimah, harta peninggalan suaminya hanyalah seekor kambing betina, dan seuntai kalung mutiara putih yang indah sekali. Setiap hari dia makan apa adanya. Untunglah, Pak Sabar, orang kaya yang baik sekali itu tiap hari memberi Fatimah sepiring nasi dan lauk kecil, seperti tempe, dan Pak Sabar yang baik itu juga memberi Fatimah seekor kambing jantan.
Suatu Hari, datanglah seorang pengembara yang kelaparan, Fatimah kebingungan, karena dia sendiri tak punya makanan. Lalu dia ingat kepada kedua kambingnya, dia pun berniat menyembelih kambing betinanya yang sekarang jarang sekali mengeluarkan susu.
“Tunggu sebentar ya, saya akan menyembelih dahulu kambing betina saya”, kata Fatimah pada pengembara itu.
“Sebentar, nyonya. Saya sarankan sebaiknya anda menyembelih kambing yang jantan saja, karena kelak kambing betina itu berguna untukmu”, kata pengembara itu dengan kata-kata membingungkan.
Walau begitu dia menuruti saran pengembara itu, dia pun menyembelih kambing yang jantan dengan islami tentunya walau disembelih oleh sendiri. Meski agak lama, si pengembara tetap sabar karena dia tau menyembelih kambing memang tak mudah apalagi dilakukan oleh seorang perempuan. Lalu memberikan dagingnya kepada si pengembara, pengembara itu makan dengan lahap, setelah makan, ia pamit dan menyerahkan sejumlah uang pada Fatimah.
“Oh, tak apa tuan. Uang ini untuk anda”, kata Fatimah. Akhirnya pengembara itu pergi. Tapi diam-diam si pengembara kagum dengan kebaikan hati Fatimah menyembelih kambingnya sendiri walau sendirinya kelaparan dan si pengembara meninggalkan sejumlah uang itu di meja Fatimah dengan sebuah surat. Fatimah geleng-geleng kepala dan bersyukur lalu berdoa supaya si pengembara tadi mendapat balasan yang lebih dari sekadar uang. Karena uangnya juga banyaaak… Fatimah menggunakannya untuk membeli makanan untuk dirinya dan sedikit rumput segar untuk si kambing betina yang tinggal sendiri. Sisanya ditabung.
Sorenya seperti biasa dia bekerja dengan membantu-bantu di rumah Nyonya Kris, malamnya pun dia makan sederhana seperti biasanya.
Keesokan Harinya…
Fatimah sedang membersihkan rumahnya, sorenya, dia mendengar ada seorang saudagar kaya yang membutuhkan pertolongan, dia pun dengan senang hati menolongnya tanpa imbalan.
Saat tiba di rumahnya, dia mengusap keringatnya dan mengambil segelas air, tiba-tiba…
Tok! Tok! Pintu rumah kecilnya diketuk-ketuk.
Fatimah membuka pintu dan ternyata yang datang adalah seorang pengemis lusuh tanpa baju dan hanya memakai celana.
“Assalamualaikum, nyonya… permisi, bisakah anda membantu saya, memberikan uang atau pakaian?” tanya pengemis itu pelan.
Fatimah bingung lagi, dia tak punya makanan, uang, dan pakaian miliknya hanya tinggal dua pasang dan dua-duanya adalah setelan kaus panjang dengan rok panjang.
“Maaf… saya tidak memiliki uang, dan pakaian saya pun hanya ini dan dua pasang lagi, tapi keduanya adalah baju terusan rok dan kaus” kata Fatimah. Akhirnya.
“Oya pak, saya hanya tinggal memiliki ini, ambillah pak!” kata Fatimah, menyerahkan kalung mutiara putihnya itu. Fatimah lupa bahwa dia tadi punya uang, dan ketika ingat, Fatimah menyerahkan sebagian kecilnya kepada si pengemis.
“Terimakasih, nyonya! Terimakasih!”pengemis itu mengucapkan terimakasih dan lalu pamit.
Fatimah menutup pintunya, sementara, pengemis itu berjalan senang menuju rumah seorang petani sederhana, tak kaya, tak miskin. Dia memberikan kalung mutiara dari Fatimah dan petani itu menukarnya dengan pakaian, pengemis itu sangat senang dan langsung memakai pakaiannya. Sementara itu di rumah petani, si petani langsung memberikan kalung mutiara itu pada saudagar kaya yang ditolong Fatimah, dan saudagar kaya itu menukarnya dengan makanan dan pakaian lagi. Si petani juga senang.
Di rumah saudagar kaya…
“Indah sekali! Oh, sebaiknya kuberikan kalung ini pada Fatimah! Dia sudah menolongku! Kalau saja dia tak menolong..” kata saudagar itu. Apa??
Saudagar kaya itu berjalan ke rumah Fatimah. Lalu dia memberikan kalung mutiara itu yang sejak awal milik Fatimah kepada Fatimah. Fatimah sangat terkejut…
Setelah itu saudagar kaya itu pulang.
Kalung mutiara berharga milik Fatimah yang Fatimah berikan pada seorang pengemis, akhirnya kembali lagi ke tangan Fatimah setelah berpindah-pindah pemilik, berkat kebaikan hati mutiara Fatimah yang seperti mutiara di kalung itu… sama cerahnya, sama bersinarnya, dan sama putihnya.
Cerpen Karangan: Namira Assyifa Prasetio

Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar